Iklan dan Kekerasan Simbolik

Dosen: Ibu Endah Muwarni
Tanggal: Rabu, 23 Maret 2011



Iklan Dalam Pemikiran Ilmuwan Sosial: Konteks


  • Baudrillard : iklan adalah bagian dari sebuah fenomena sosial bernama consumer society. Objek dalam iklan tidaklah berdiri sendiri melainkan dibentuk oleh sebuah system tanda (sign system).
  • Analisis Baudrillard berkontribusi dalam mengembangkan analisis mengenai produksi dan reproduksi pesan yang melibatkan peran dari citra (image) pada masyarakat kontemporer.
  • Barthes : menganalisa iklan sebagaimana layaknya seorang ahli linguistik.
  • Barthes : tertarik untuk membongkar makna dari pesan-pesan yang disampaikan lewat image maupun teks dalam media fenomena sosial lainnya. Makna ini dibongkar dengan terlebih dahulu menganalisa tanda-tanda yang merepresentasikan makna, dengan menggunakan semiotic sebagai kerangka analisa, Barthes menyumbangkan pemikiran mengenai peran media dalam reproduksi pesan-pesan ideologis.
Iklan itu membentuk suatu hyper realitas, realitas yang melebih-lebihkan.
Beda Baudrillard dengan Barthes adalah, Baudrillard bagaimana iklan menggambarkan suatu citra, sedangkan Barthes r, tanda-tanda dalam iklan dianalisis dengan semiotik.

Bagaimana para ilmuwan memahami iklan?
  • Baudrillard : iklan dibentuk dari sign system yang mengatur makna dari objek / komoditas. Iklan juga dipandang sebagai perangkat ideologis dari kapitalisme konsumen (consumer capitalism).
  • Barthes : iklan juga dilihat sebagai signs yang mengatur makna yang ingin disampaikan oleh pembuat iklan. Makna ideologis yang dimiliki iklan dibuat senetral mungkin, proses signifikasi (pembuatan tanda/sign) yang kemudian disebut Barthes sebagai myth (mitosnya seperti apa, contoh maskulin seperti apa? Putih seperti apa).
Bagaimana iklan memproduksi pesan?
  • Baudrillard : iklan sebagai wacana yang dikodekan (coded discourse) dan melekat pada sebuah produk tidak memiliki hubungan dengan realitas (hyperreal).
  • Barthes : menganggap bahwa tanda masih bisa merepresentasikan system realitas (signifikasi tingkat I / denotasi). Sedangkan pada signifikasi tingkat kedua (konotasi), tanda bisa merepresentasikan sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat situasi cultural/sosial yang sama.
  • Sementara sebagai sebuah myth, signs dalam iklan dianggap merepresentasikan pesan ideologis dari si pembuat iklan (dalam konteks ini adalah kaum borjuis).

Bagaimana pesan diterima khalayak?
  • Baudrillard menegaskan bahwa melalui kode-kode dalam sebuah pesan manusia sadar akan dirinya dan kebutuhan-kebutuhannya. Kode tersebut secara hirarkis memiliki tingkatan yang digunakan untuk menandakan perbedaan-perbedaan (distinction) dari status dan kelas. Contoh : mobil espas, dapat kita jadikan lelucon dari eksekutif pas-pasan, namun sekarang sudah tidak lagi banyak yang menggunakan espas melainkan lebih memilih Avanza, bahkan BMW untuk menunjukkan status sosial lebih tinggi.
  • Barthes berpendapat bahwa iklan memiliki berbagai makna sesuai dengan tingkat signifikasi yang dilakukan oleh khalayak. Dengan demikian makna dari pesan yang disampaikan oleh iklan menjadi sangat majemuk.



IKLAN ADA DIMANA-MANA

  • Iklan ada dimana-mana, seakan mengikuti kemana saja kita pergi sepanjang hari. Di rumah, jalanan pasar, kantor, kampus, sekolah, stasiun, halte bus, bandara.
  • Iklan telah mengepung kita dari berbagai penjuru dan sepanjang waktu, sehingga memungkinkan kita untuk mampu menembus hampir semua celah kehidupan setiap orang.
  • Pengolah iklan seolah tidak akan melewatkan sejengkal tempat dan waktu untuk beriklan.
Iklan di Indonesia lebih memiliki kata-kata yang banyak dibandingkan dengan iklan luar negeri. Karena budaya orang Indonesia yang harus dijelaskan secara terperinci agar mereka mau dan percaya akan produk yang diiklankan.
Iklan Ponds mencoba membentuk realitas kulit putih merona. Kata-kata “hanya dalam 7 hari……” sebenarnya tidak diperbolehkan oleh BPOM, namun Ponds mengakalinya dengan menggunakan kata “….nampak putih berseri…”. Dan itu diperbolehkan.

PERGESERAN FUNGSI IKLAN
  • Iklan tidak hanya sekedar bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli suatu produk. Akan tetapi lebih dari itu, iklan turut berpengaruh dalam membentuk system nilai, gaya hidup maupun selera budaya tertentu.
  • Iklan tidak hanya memvisualisasikan kualitas dan atribut dari produk yang harus dijualnya, tetapi mencoba membuat berguna sesuatu dan ciri produk tersebut mempunyai arti sesuatu bagi kita.

Bukan Hanya Sekedar Mewakili Produknya Tetapi Ada Arti Tertentu Bagi Kita
  • Dalam konteks inilah iklan mendefinisikan image tentang arti tertentu yang diperoleh ketika orang menggunakan produk tersebut.
  • Proses ini oleh Williamson (1978:20) disebut sebagai Using Product is Currency, yaitu menggunakan produk yang diiklankan sebagai uang untuk membeli produk kedua yang secara langsung tidak terbeli, contoh: susu bermanfaat bagi anak bayi, selain manfaatnya kita juga membeli pertumbuhan, kecerdasan dan lain-lain.
  • Pollay membagi fungsi komunikasi iklan menjadi 2:
1. Fungsi informasional, iklan memberitahukan kepada konsumen tentang karakteristik produk.
2. Fungsi transformasional, iklan berusaha untuk mengubah sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, pola-pola belanja, gaya hidup, teknik-teknik mencapai sukses dan sebagainya.





PERGESERAN FUNGSI IKLAN
  • Iklan tidak hanya sekedar bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli suatu produk. Akan tetapi lebih dari itu, iklan turut berpengaruh dalam membentuk system nilai, gaya hidup maupun selera budaya tertentu.
  • Iklan tidak hanya memvisualisasikan kualitas dan atribut dari produk yang harus dijualnya, tetapi mencoba membuat berguna sesuatu dan ciri produk tersebut mempunyai arti sesuatu bagi kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Consumer Behavior (Perilaku Konsumen)

Dosen: Dr. Chairy
Tanggal: Rabu, 16 Maret 2011


Perilaku konsumen adalah prose’s dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.


Dalam konteks perilaku konsumen, sikap didefinsikan sebagai kecenderungan yang dipelajari dalam berprilaku dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Yang dimaksud dengan objek sikap ini sendiri adalah konsep yang berhubungan dengan konsumsi atau pemasaran khusus,s eperti produk, golongan produk, merk, jasa, kepemilikan, penggunaan produk, sebab-sebab atau isu, orang, iklan, situs intertent, harga, medium atau pedagang ritel.
Namun perlu difahami, dalam pelaksanaan riset sikap konsumen, yang dijadikan target hanya objek sikap tertentu. Contoh riset mengenai sikap konsumen terhadap merk pakaian tertentu, sikap konsumen mengenai peluncuran produk tertentu.


Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.


Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen :
  • Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah prosuk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
  • Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
  • Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.

Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Ada beberapa hal penting mengenai sikap yang harus difahami :

Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari, artinya sikap tertentu merupakan hasil pembelajaran konsumen terhadap suatu hal.
Sikap mempunyai konsitensi. Sikap relative konsisten, tetapi dalam sikon tertentu bisa berubah.
Sikap terjadi dalam situasi tertentu.

Model Struktur Sikap:

1. Model sikap tiga komponen ( koginitif, afektif, konatif)

2. Model sikap multi sifat ( sikap terhadap objek, sikap terhadap prilaku, tindakan yang beralasan)

3. Model sikap terhadap iklan

Model sikap komponen koginif

Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan objek sikap dan informasi yang ebrkaitan dari berbagai sumber. Seorang memberi laptop IBM setelah langsung merasakan kelebihannya

Model sikap komponen afektif

Emosi atau perasaan mengenai produk atau merek tertentu. Terkadang konsumen membeli sesuatu berdasarkan pengalaman afeksi tertentu.

Model sikap komponen konatif

Kemungkinan atau ekncerungan indibidu akan melakukan tindakan khusus atau berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap tertentu. Bisa dikatakan, merupakan perilaku sesungguhnya itu sendiri.

Dalam siet konsumen, komponen konatif sering dianggap sebagai pernyataan maksud konsumen untuk membeli atau tidak membeli sesuatu.

Model sikap terhadap objek

Mengukur sikap terhadap golongan produk atau jasa atau merk tertentu. Menurut model ini, sikap konsumen terhadap produk atau merek tertentu merupakan fungsi dari adanya atau tidak adanya dan penilaian terhadap keyakinan atau sifat-sifat peroduk tertentu


Model sikap terhadap prilaku

Sikap individuy dalam berprilaku atau bertindak terhadap objek tertentyu

Model tindakan yang beralasan

Menggambarkan pengintergrasian komponen-komponen sikap secara menyeluruh ke dalam struktur yang dimaksudkan untuk menghasilkan penjelasan lebih baik maupun peramalan yang lebih baik mengenai prilaku.

Model sikap terhadap iklan

Konsumen memutuskan membeli tidak membeli produk/jasa berdasarkan hasil pemahamannya terhadap iklan yang disajikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Arsitektur

Dosen: Bpk. Eduard Tjahjadi





Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.


Istilah "arsitektur" berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari suku kata "arkhe" yang berarti "asli" dan suku kata "tekton" yang berarti "kokoh". Jadi, dalam pengertiannya yang semula "arsitektur" dapat diartikan sebagai sesuatu cara asli untuk membangun secara kokoh. Memang sejak manusia keluar dari gua-guanya untuk membangun, apakah itu rumahnya atau tempat peribadatannya, ia terus-menerus bergulat melawan kekuatan-kekuatan alam: gaya tarikan bumi, hembusan angin kencang, goncangan gempa, teriknya sinar matahari atau dinginnya salju. Melalui proses coba-mencoba (trials and errors) selama bergenerasi-generasi terbentuklah suatu tradisi membangun yang khas (yang asli) dengan menggunakan bahan-bahan tertentu dengan cara-cara tertentu, sehingga menghasilkan bangunan-bangunan yang kokoh terhadap kekuatan-kekuatan alam sekitarnya. Kemudian, karena kesadaran akan keindahan merupakan naluri alami manusia, maka ke dalam semua tradisi membangun masuklah unsur estetika atau unsur seni tertentu yang mewarnai ciri arsitektur pada kurun-kurun waktu tertentu, Adalah konsekwensi logis bahwa sejak awal perkembangan peradaban manusia, seorang arsitek merupakan tokoh masyarakat yang unik : ia adalah seorang teknokrat dan seorang seniman sekaligus seorang perancang dan seorang akhli membangun sekaligus. Personifikasi arsitek seperti ini mencapai puncaknya pada diri Michelangelo, yang dalam zaman Renaissance menjelmakan dirinya sebagai perancang, pembangun, pelukis dan pematung sekaligus (a.l. pada Gereja St. Petrus di Roma). 

Berpangkal pada pengertiannya seperti dikemukakan di atas, arsitektur telah berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungannya. Di Eropa misalnya, dimana faktor-faktor kekuatan alam tidak terlalu berpengaruh terhadap kekokohan struktur bangunan yang dibangun dengan cara tradisional, pengertian arsitektur mengalami perubahan. Unsur seni (art) yang masuknya ke dalam pengertian arsitektur justeru terjadi belakangan, malah semakin menonjol, sebaliknya unsur strukturnya semakin memudar. Dengan berkembangnya teknologi, termasuk teknologi membangun, timbullah reaksi terhadap perkembangan arsitektur demikian.
Sekelompok pemikir ingin mengembalikan arsitektur ke dalam relnya yang semula dengan menyatakan bahwa arsitektur adalah jalur insinyur dan bukan Jalur seniman. Maka timbullah pertentangan pendapat mengenai isyu ini yang tak ada habis-habisnya sampai masa kini yang telah melanda hampir seluruh dunia (Ecole des Beaux Arts vs. Ecole Polytechnique di Perancis ; Harvard vs MIT di Amerika Serikat ; dsb. termasuk di Indonesia.
Di Jepang perkembangannya lain sama sekali. Lingkungan alami yang kejam dan ganas yang setiap saat mengancam kelangsungan hidup manusia dengan gempa-gempa dahsyat yang dapat menyerang setiap saat dan taifun-taifun kencang yang datang secara berkala, telah menanamkan dampak yang kuat dalam perkembangan arsitektur. Arsitektur adalah urusan insinyur dan bukan urusan seniman. Architectural Institute of Japan (A.I.J.) adalah lembaga tertinggi di Jepang yang sampai saat ini mengurusi segala hal ikhwal mengenai bangunan. Tetapi yang diurus bukanlah urusan seni melainkan urusan struktur. Lembaga ini adalah yang menerbitkan berbagai peraturan mengenai perencanaan bangunan tahan gempa, peraturan beton, baja,- kayu dan segi-segi struktur lainnya.
Bagaimana sekarang di Indonesia? Seperti telah dikemukakan di atas, Indonesia telah ikut terseret ke dalam pertentangan isyu apakah jalur arsitek itu jalur Insinyur ataukah jalur seniman. Hal ini dapat dimengerti, mengingat para pendiri fondasi bagi perkembangan arsitektur di Indonesia adalah orang-orang Belanda yang dengan sendirinya sangat terpengaruh oleh perkembangan arsitektur di Eropa (Karsten, MacLaine Pont, Van Romondt, Dicke, dll.). Yang Jelas adalah, bahwa perkembangan teknik struktur di Indonesia relatif lambat masuknya, sehingga. tidak sempat berintegrasi dengan baik ke dalam perkembangan arsitektur. Tidak mengherankan, bahwa sempat terjadi pembudayaan konsep-konsep bentuk bangunan dari Eropa yang tidak cocok dilihat dari ketahanannya terhahadap gempa. Suatu contoh yang sangat menyolok yang kiranya sempat membekas pada arsitek-arsitek Indonesia adalah kecenderungan yang salah untuk menggambar/merencanakan kolom-kolom bangunan berbentuk persegi-panjang, yang seperti kita ketahui hanya mempunyai kekuatan yang besar dalam satu arah saja. Hal ini terjadi, karena mereka tidak sempat diajari, bahwa gempa itu bisa terjadi dari segala arah. Andaikata pengertian struktur telah disadarkan dengan tepat, seyogyanya kolom-kolom bangunan itu direncanakan berbentuk bulat atau bujur sangkar-(bukan persegi panjang), karena bentuk demikian mempunyai kekuatan yang (praktis) sama ke segala arah.
Kembali kepada isyu apakah arsitek itu jalur insinyur ataukah Jalur seniman, di Indonesia terjadi suatu perkembangan tersendiri. Secara formal para arsitek lulusan Universitas diberi gelar "insinyur" (Ir). Secara operasional, pengertian arsitektur dl Indonesia dewasa ini kiranya dapat dilukiskan sebagai berikut :
- Tugas utama dari arsitek adalah memecahkan masalah kebutuhan manusia modern beserta lingkungannya dengan menciptakan ruang dan bentuk yang memadai (Nuttgens, 1980: Architecture is an expression of human experience in the creation of usable space).
- Namun disadari benar, bahwa kekuatan struktur (dan segi-segi teknologi lainnya) harus ikut terpecahkan dan ini adalah tugas para akhli yang bersangkutan.

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik,sejarah, filsfat dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisme, fenomenologi struktualisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia. 
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.








Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

CINA
Kota Terlarang (the Forbidden City)
di Bejing
 - Zǐjinchéng
The Forbidden City adalah pusat kekuasaan politik atau kekaisaran di China sampai tahun 1911.



· Istana Kaisar dinasti Ming dan Qing


dibangun pada tahun 1407 oleh dinasti Kaisar Ming ke III (1368-1644)

· merupakan tempat kediaman Kaisar dinasti Qing lainnya (1644-1911)
· bangunan yang mencerminkan seni bangunan klasik Cina dan arsitektur feodal.
· kompleks Kota Terlarang sejak 1987 menjadi karya arsitektur yang dilindungi oleh UNESCO



KRATON NGAYOGYAKARTA HADININGGRAT
pusat yang secara simbolis menyatu dengan lingkungannya dan menghubungkan secara vertikal
  • mikrokokosmos (yang tampak) -- yang tertinggi dari rakyatnya.
  • makrokosmos (yang tidak tampak) -- yang berhubungan dengan hal-hal diluar fisik.



Keraton Jogya
Simbolisme di dalam penataan kota Yogyakarta
Keraton didampingi oleh :
 dua alun-alun
 sebuah menara (tugu) di utara
 sebuah panggung Krapyak diselatan
 sebagai gabungan kehidupan mikrokosmos dengan kehidupan makrokosmos



CANDI BOROBUDUR
Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an masehi.
Struktur Candi Borobudur
berbentuk punden berundak, yang terdiri dari:
  • enam tingkat berbentuk bujur sangkar
  •  tiga tingkat berbentuk bundar melingkar
  • sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Dan beberapa stupa tersebar di semua tingkat-tingkatannya
sepuluh tingkat menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana, yakni menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kamaatau "nafsu rendah".
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu, yang mempresentasi dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha


Susunan Kota
contoh dari Afrika Utara:
Kairo, Mesir
 sistem jaringan disusun secara organis

kota-kota di Timur Tengah tidak beraturan karena terbentuk dari kelompok-kelompok kecil yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak terencana dan belum didukung kemajuan teknologi.



Kota-kota di Timur Tengah mempunyai suatu struktur yang bertentangan dengan bentuk-bentuk kota di Amerika Serikat
Organisasi kota-kota Muslim dan Yahudi lebih :
 membatasi dan mengendalikan perilaku, dengan cara membatasi mobilitas, daripada meningkatkan pergerakan dan perhubungan lalu lintas
 Kota-kotanya memiliki sejumlah besar distrik yang spesifik dalam hal etnik, religius, ataupun fungsi



Amerika Utara

contoh dari Amerika Utara:
Washington, Amerika Serikat.
 sistem jaringan ini disusun secara teknis (beraturan)
 nilai tertinggi ditempatkan pada mobilitas dan fieksibilitas
Amos Rapoport,










  • Simbol dan Arsitektur
Karya arsitektur sebagai simbol
 kekuasaan
 politik
 kebangkitan/kejayaan kebangsaan
 ekonomi
 demokrasi
 kemajuan teknologi
 sustainability approach



Arsitektur Palace of Versailles memberikan suatu jarak untuk sampai ke istananya. Trik ini digunakan untuk memberikan simbol kekuasaan.






 gerbang kemenangan (Arc de triomphe) menghormati mereka yang berjuang untuk Perancis, terutama selama Perang Napoleon.
 di bagian dalam dan bagian atas busur ada semua nama-nama jenderal dan nama perang yang terjadi
 Monumen itu dirancang oleh Jean Chalgrin pada tahun 1806































Pawai kemenangan terkenal masa lalu atau di bawah Arc :


 Jerman pada tahun 1871
 Perancis pada tahun 1918
 Jerman pada tahun 1940
 Perancis dan Sekutu pada tahun 1944 dan 1945



Di atas gerbang adalah Quadriga, sebuah kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda didorong oleh Victoria, dewi Romawi kemenangan
Desain Gerbang didasarkan pada Propylaea, pintu gerbang Acropolis di Athena, Yunani dan konsisten dengan sejarah Berlin klasisisme arsitektur (pertama, Baroque, dan kemudian neo-Palladian).
Gerbang pertama "Athena di atas Sungai Spree" oleh arsitek Gotthard Carl von Langhans.
Quadriga ibukota itu diukir oleh Johann Gottfried Schadow





























1806
Prusia kalah pertempuran Jena-Auerstedt
Quadriga dibawa Napoleon ke Paris
1814
Napoleon kalah di Prusia dan pendudukan Paris oleh Jenderal Ernst von Pfuel
Quadriga dikembalikan ke Berlin, dilengkapi dengan simbol baru kekuasaan Prusia, Iron Cross
Gerbang tengah boleh dilewati hanya oleh keluarga kerajaan, serta anggota keluarga Pfuel (1814-1919).


JAKARTA
Arsitektur di Jakarta, antara lain:



RUNTUHNYA KEJAYAAN
karya-karya Arsitektur tetap dipertahankan sebagai simbol dari runtuhnya kejayaan suatu kekuasaan pada masanya, seperti yang terdapat di bawah ini:

Kaiser William Memorial Church (Kaiser-Wilhelm-Gedächtniskirche), Berlindibangun 1890
rusak parah akibat bom udara pada PD II, tetap dipertahankan sebagai simbol untuk mengingatkan kita atas kekejaman yang dilakukan manusia yaitu perang.
untuk itu, bangunan ini tetap dipertahankan dan kemudian dibangun sebuah gereja disisinya tetapi dalam bentuk yang lebih sederhana, agar perhatian orang tetap terarah kepada Kaiser William Memorial Church (Kaiser-Wilhelm-Gedächtniskirche).
Bom atom yang jatuh di Nagasaki dan Hirosima (6 dan 7 Agustus 1945) di Jepang merupakan suatu bukti kekejaman manusia. Bom tersebut telah membumi hanguskan dua kota tersebut.

Di kota Hiroshima, terdapat satu bangunan yang tetap bertahan akibat bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu. bangunan ini sampai sekarang tetap dipertahanan sebagai monumen untuk memperingati jatuhnya bom tersebut dan dikenal dengan nama The A-Bomb Dome, Hiroshima. Sedangkan di Nagasaki terdapat titik sentral jatuhnya bom atom tersebut, dan kemudian diabadikan oleh pemerintah Jepang -- Nagasaki Hypocentre.

selanjutnya, Jewish Museum, Berlin, merupakan salah satu karya arsitektur yang dibangun untuk mengingatkan kita akan kekejaman masa pemerintahan Hitler.

Bentuk bangunan yang tidak biasa (diambil dari bentuk Star of David), bentuk dinding yang adalah pilar-pilar tanpa atap menandakan bahwa penduduk Yunani waktu itu sangat terkungkung. Tubuh mereka berada di dalam bangunan sedangkan mereka tetap dapat melihat ke luar yang disimbolkan oleh jendela-jendela di musium ini.
Selain itu, tangga yang berakhir pada tembok, dapat kita asumsikan sebagai tanpa jalan keluar dan tidak adanya kebebasan.










  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments